Wednesday, September 21, 2005

Dibalik Kemenangan Koizumi

Dibalik Kemenangan Koizumi
Oleh : Ubedilah Badrun
Tulisan ini dimuat di www.hminews.com pada rubrik Opini

Pemilu Jepang usai dilaksanakan pada 11 September 2005 lalu dengan kemenangan LDP(Liberal Democratic Party) atau Jiyuminshuto dengan memperoleh 296 kursi di parlemen. Dengan kemenangan itu dan didukung 44 kursi dari partai koalisi di parlemen Junichiro Koizumi dengan mudah terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Jepang setelah 340 dari 480 suara anggota Majelis Rendah Parlemen memilihnya pada sidang parlemen, Rabu (21/9). Dua per tiga kursi Majelis Rendah memang ditempati oleh koalisi yang berkuasa pendukung Koizumi. Keputusan majelis rendah disusul keputusan senada dari Majelis Tinggi Parlemen. Sidang dilaksanakan selang beberapa jam setelah kabinet secara massal mengundurkan diri. Pengunduran diri ini merupakan formalitas untuk memuluskan sidang parlemen serta penunjukan perdana menteri. Hal ini dilakukan mengingat koalisi sudah menguasai Majelis Rendah dan Tinggi. Sejumlah pengamat menduga, setelah terpilih kembali, Koizumi akan melantik kembali kabinet yang membubarkan diri paling lambat Rabu malam.
Apa yang dilakukan Koizumi setelah itu? Jawabanya sudah pasti bahwa Koizumi akan memusatkan perhatian untuk melakukan swastanisasi Kantor Pos, sesuai program saat kampanye Pemilu. Kantor Pos Jepang adalah lembaga keuangan raksasa dengan simpanan hingga tiga triliun dollar AS, belum termasuk aset asuransi jiwa yang dikelolanya. Ada apa dibalik program swastanisasi Kantor Pos Jepang ? Argumentasi sederhana yang ditangkap penulis melalui sejumlah media Jepang dan diskusi dengan komunitas Jepang di Tokyo ditemukan bahwa Kantot Pos Jepang beroperasi dengan biaya negara dan dikelola oleh pegawai yang berstatus pegawai negeri. Karena merupakan perusahaan negara maka biaya pengelolaan Kantor Pos yang menyebar di seluruh wilayah Jepang ini diperoleh dari pajak rakyat dengan jumlah yang amat besar. Sementara perolehan keuntungan dari Kantor Pos Jepang tidak seimbang dengan pengeluaran yang ditanggung pemerintah. Sementara sumber perolehan dari pajak rakyat diprediksikan dalam 10-20 tahun kedepan mengalami penurunan yang amat drastis. Sebab jumlah pembayar pajak mengalami penurunan yang tajam.
Tahun 2005 ini jumlah pembayar pajak mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena para wajib pajak tidak mampu membayar pajak dan tidak terkena wajib pajak karena usianya yang tidak produktif lagi. Jumlah penduduk yang tidak produktif di Jepang yang berusia di atas 65 tahun mencapai 20% dari seluruh jumlah penduduk Jepang. Ini artinya sumber pajak Jepang mengalami penurunan mencapai 20 %. Disaat yang sama mereka juga berhak memperoleh uang pensiun yang telah mereka bayar sejak usia 20 tahun. Di Jepang setiap warga negara yang sudah berusia 20 tahun setiap bulannya wajib membayar uang pensiun sebesar lebih dari ¥ 13.000 atau sekitar lebih dari satu juta rupiah. Bisa dibayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan pemerintah Jepang untuk para pensiunan, yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal produktif lainya.
Sementara dikalangan muda Jepang kini menghadapi permasalahan yang cukup serius sebab tidak sedikit anak muda Jepang yang berusia produktif tidak mau bekerja dan tidak mau sekolah. Kelompok anak muda ini menyebut dirinya NETO, suatu komunitas muda Jepang yang tidak mau bekerja dan tidak mau melanjutkan pendidikan. Dalam perspektif filsafat bisa jadi mereka masuk kategori kelompok hedonisme. Realitas anak muda usia produktif ini seharusnya bisa menjadi wajib pajak dan bisa menambah devisa negara dari pajak mereka. Ini artinya sumber penghasilan negara dari pajak juga mengalami penurunan.
Para perempuan Jepang yang bekerja sangat takut mempunyai anak sebab jika melahirkan itu artinya harus siap kehilangan pekerjaan. Sebab sulit bagi perusahaan Jepang untuk menerima kembali perempuan Jepang menduduki posisi semula dari pekerjaanya seperti sebelum melahirkan. Banyak kasus pekerja perempuan setelah cuti hamil kemudian ingin kembali bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan. Selain itu ketakutan punya anak juga disebabkan karena living Cost Jepang yang amat mahal, mereka ketakutan dengan biaya hidup dan masa depan anaknya yang harus memerlukan biaya yang mahal, dari biaya hidup sampai biaya sekolah. Perihal ketakutan punya anak inilah yang menyebabkan angka kelahiran di Jepang merupakan terendah di dunia. Rea;itas inilah yang kemudian para ahli demografi di Jepang memperkirakan bahwa menjelang tahun 2007, penduduk Jepang diperkirakan mencapai 127 juta jiwa, dan kemudian menyusut menjadi 100 juta menjelang pertengahan abad. Ini berarti jumlah pekerja berkurang 30 juta orang, sedangkan jumlah orang lanjut usia hampir berlipat dua. Dengan demikian sumber pajak dari rakyatpun berkurang secara drastis.
Realitas yang mengkhawatirkan berkurangnya devisa negara dari pajak rakyat inilah yang merupakan salah satu pendorong Koizumi untuk melakukan swastanisasi Kantor Pos. Sebab biaya pengelolaan kantor Pos yang begitu besar itu bersumber dari pajak rakyat yang kini diprediksi akan mengalami penuruan secara drastis. Dengan demikian jika Kantor Pos masih dikelola negara dengan biaya yang besar itu maka tidak mustahil akan mengalami kebangkrutan total. Ini analisis yang coba dilihat secara sederhana dari logika perpajakan dan pensiunan Jepang. Tetapi jika dilihat dari latar idiologi Koizumi dan partainya (LDP) yang penganut Liberalisme dan Koizumi termasuk pemimpin Asia yang paling dekat dengan G.W.Bush maka logika perpajakan itu tidak berlaku. Koizumi dengan idiologi liberalismenya ingin membebaskan swasta berinvestasi di Perusahaan Pos itu dan diketahui secara umum bahwa banyak perusahaan swasta atau investor Jepang yang memiliki jaringan bisnis dengan Amerika. Ini semacam konvensasi pembuktian idiologi liberal Koizumi untuk Amerika. Sebab Jepang di bawah Koizumi sungguh-sungguh membutuhkan Amerika dalam menghadapi hubungan politiknya yang tegang dengan China dan Korea Utara saat ini.
Hal diatas sekedar analisis sederhana. Jika nalisis ini keliru , maka realitas kemenangan Koizumi adalah sekedar bukti dari kehausan masyarakat Jepang yang ingin perubahan. Jika benar, itulah rahasia dibalik kemenangan Koizumi.
Ubedilah Badrun, tinggal di 4-6-6 Meguro Meguroku Tokyo- Jepang.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

<