Tuesday, September 20, 2005

Demokratisasi Ala NU Jepang

Demokratisasi ala NU Jepang
Oleh : Ubedilah Badrun
Tulisan ini pernah di muat di www.nu-nihon.org

Robert A Dahl, ilmuwan politik peraih Lippincott Award pada tahun 1989 untuk karyanya yang luar biasa, A Preface to Democratic Theory (1956), melakukan kritik cukup tajam terhadap demokrasi dalam buku Democracy and Its Critics (1989). Salah satu point penting yang bisa diambil dari kritik Dahl adalah ketika demokrasi memberi ruang kebebasan sementara pada saat yang sama juga membatasi kebebasan. Misalnya kasus batasan usia pemilih, atas nama undang-undang politik produk lembaga demokrasi (parlemen), atau seperti kasus aktual di Indonesia misalnya terhalangnya Gus Dur memperoleh hak kebebasan untuk dipilih melalui pemilihan Presiden 2004 dengan alasan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai SK KPU Nomor 26 tahun 2004 yang diyakini KPU merujuk Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 produk lembaga demokrasi. Pada satu perspektif demokrasi memang nampak bermasalah. Bahkan beberapa paparan sejumlah studi, dari Robert Kaplan (The Coming Anarchy, 2000) hingga Noreena Hertz (Silent Takeover, 2001) cukup mempertegas betapa "buruk"-nya demokrasi.
Sejumlah kelemahan tentang demokrasi sesungguhnya tidak mengurangi betapa demokrasi memiliki keunggulan yang patut di apresiasi. Seperti apa yang dikemukakan pengkritik demokrasi Robert Dahl. Justru kemudian Robert Dahl dalam bukunya yang cukup baru On Democracy (1999) memaparkan keunggulan-keunggulan demokrasi dibanding alternatif mana pun yang mungkin ada. Menurut Dahl, demokrasi, paling tidak, memiliki keunggulan dalam sepuluh hal yakni (1) menghindari tirani; (2) menjamin hak asasi; (3) menjamin kebebasan umum; (4) menentukan nasib sendiri; (5) otonomi moral; (6) menjamin perkembangan manusia; (7) menjaga kepentingan pribadi yang utama; (8) persamaan politik; (9) menjaga perdamaian; dan (10) mendorong kemakmuran. Kelebihan kelebihan demokrasi inilah yang kami coba apresiasi dalam bentuknya yang khas NU-Nihon untuk turut mendorong gerbang pentingnya konsolidasi kekuatan pro demokrasi dari tingkat elit sampai ke akar rumput, dari kaum muda yang ada di Jepang sampai akar rumput yang ada di tanah air. Sebuah tugas untuk turut melakukan proses demokratisasi yang hakekatnya tak kan ada finish. Sebab demokratisasi memang pilihan paling mungkin sebagi sebuah proses yang tak kan pernah selesai digarap oleh seluruh pencinta demokrasi, apatah lagi Indonesia yang masih transisi. Disinilah pentingnya kesabaran dalam memperjuangkan demokrasi, begitu kata Gus Dur pada 3 Agustus 2001 di tugu Proklamasi.
Persoalanya “apa yang bisa kita lakukan untuk tanah air dalam konteks demokratisasi itu?”. Paling tidak ada tiga agenda penting yang bisa dilakukan NU-Nihon untuk turut mengambil bagian dalam demokratisasi. Pertama, demokrasi masih terus perlu didiskusikan untuk mematangkan gagasan-gagasan demokrasi yang aplicable untuk Indonesia. Artinya proses produksi gagasan dari komunitas muda Nu-Nihon perlu terus difasilitasi, dan tak menutup kemungkinan bersama komunitas muda lainya untuk sama-sama berjuang menegakkan demokrasi di Indonesia. Termasuk juga membuka ruang kemungkinan diskursus demokrasi dalam perspektif Islam maupun ala Jepang. Ini semua bisa dilakukan dengan model pengajian politik. Kedua, forum-forum yang lebih luas melibatkan komponen masyarakat Indonesia di Jepang untuk membicarakan masa depan bangsa perlu diadakan, terutama berkenaan dengan kasus-kasus aktual yang memiliki pengaruh besar bagi jalanya Republik yang kita cintai. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan diskusi publik atau seminar. Ketiga, turut menjadi mediasi bagi terbangunya kekutan Civil Society di tingkat pedesaan , terutama membangun kesadaran masyarakat Desa untuk turut berpartisipasi dalam mempengaruhi kebijakan Pemerintah daerah bagi kesejahteraan rakyat di pedesaan. Ini bisa dilakukan dengan melakukan pendidikan politik di pedesaan atau melalui pesantren-pesantren yang ada. Ini hanya bisa dilakukan ketika Komunitas Muda NU-Nihon melakukan misi proletar ke pedesaan atau pesantren ketika sedang di tanah air. Dari NU, oleh NU, untuk proletar, umat, dan bangsa.
( Ubedilah Badrun, pernah aktif di NU Japang)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

<