Terorisme Dalam Perspektif Historis
Terorisme Dalam Perspektif Historis : Sebuah Catatan Pengantar
(Catatan Pengantar ini didiskusikan di Komunitas Mahasiswa Islam Tokyo University)
Dimuat di www.hminews.com pada rubrik opini
Oleh: Ubedilah Badrun
Terorisme makin populer ketika gedung World Trade Centre (WTC) New York yang merupakan symbol kapitalisme dan liberalisme dunia runtuh pada 11 september 2001 lalu. Peristiwa yang bagi bangsa Amerika merupakan peristiwa memalukan (the day of infamy) yang kedua setelah pengeboman Jepang atas Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 silam. Kalau peristiwa Pearl Harbour mendorong Amerika untuk menyerang Jepang dan menghancurkan Jepang pada Perang Dunia II, peristiwa WTC mendorong Amerika memerangi apa yang disebutnya sebagai Teroris, yang bagi penulis pelakunya sendiri masih misterius hingga saat ini. Meski Amerika meyakini bahwa kelompok Al-Qaeda berada dibalik serangan itu. Untuk memerangi Al-Qaeda dan jaringannya ini Amerika mengalokasikan dana 40 milyar dollar AS lebih. Peristiwa WTC ini menyedot perhatian dunia yang amat luar biasa hingga melibatkan ratusan negara terlibat dalam misi pengejaran kaum Teroris yang dikejar Amerika, tak terkecuali pemerintah Indonesia.
Berbagai diskusi hingga studi ilmiahpun dilakukan oleh para akademisi untuk mengkaji tentang terorisme, namun yang hampir luput adalah kajian tentang sejarah terorisme dan sebab sebab terorisme terjadi. Inilah yang akan penulis urai sebagai catatan pengantar kajian di komunitas Todai Muslim ini (Komunitas mahasiswa Islam di Tokyo University). Namun sebelum dua hal itu dikaji secara singkat ada baiknya lebih dulu menelaah beberapa konsep tentang terorisme, sehingga bisa menjadi acuan untuk mencermati sejarah terorisme .
Definisi singkat tentang Terorisme
Sesungguhnya sulit merumuskan definisi terorisme secara pas, sebab didalamnya menyangkut berbagai aspek keilmuan, dari sosiologi, kriminologi, politik, hukum, psikologi dan ilmu-ilmu lainya.
Zuhairi Misrowi (2002) mengemukakan bahwa Terorisme sebagai sebuah paham memang berbeda dengan kebanyakan paham yang tumbuh dan berkembang di dunia, baik dulu maupun yang mutakhir. Terorisme selalu identik dengan teror, kekerasan, ekstrimitas dan intimidasi. Para pelakunya biasa disebut sebagai teroris. Karena itu, terorisme sebagai paham yang identik dengan teror seringkali menimbulkan konsekuensi negatif bagi kemanusiaan. Terorisme kerap menjatuhkan korban kemanusiaan dalam jumlah yang tak terhitung.
Konvensi PBB 1937 (setahun sebelum konvensi ini, Yahudi melakukan serangan terhadap wilayah Palestina dengan bom-bom di Tel Aviv, Haiva, dan Al Quds). Menurut Konvensi PBB ini Terorisme didefinisikan sebagai segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.
Militer Indonesia dalam buku petunjuk tehnis anti teror tahun 2000 ditulis bahwa Terorisme adalah cara berfikir dan bertindak yang menggunakan teror sebagai tehnik untuk mencapai tujuan.
David C Rapoport(1989), pendiri jurnal ilmiah Terrorism and Political Violence, dalamThe Morality of Terrorism membagi teror dalam tiga kategori, yakni (1) Religious Terror, (2) State Terror, dan (3) Rebel Terror. Religious Terror masuk kategori Teror suci dan dua jenis teror berikutnya masuk kategori terror sekuler. David C Rapoport mendefinisikan teror sekuler sebagai aksi teror yang dimotivasi oleh tujuan-tujuan politik dan kekuasaan. Teror sekuler akan mengundang simpati selama tujuannya memiliki semangat kerakyatan. Namun, dalam sejarahnya, teror sekuler tidak menumbuhkan antusiasme yang tinggi seperti teror suci. Sebab, teror sekuler lebih banyak berkisar pada upaya merebut kekuasaan sehingga kepentingan yang terlihat bersifat elitis. Sedangkan teror suci dimotivasi oleh nilai-nilai keagamaan yang luhur. Baik terror suci maupun terror sekuler dilihat dari pelakunya bisa dikategorikan dalam tiga kelompok terrorism yakni personal terrorism, collective terrorism, dan state terrorism.
Penggunaan terma teror suci hanya dalam tataran akademik, dalam dunia keagamaan masing-masing memiliki terma sendiri, seperti jihad (Islam), crusade war (Kristen), dan sebagainya. Dalam bingkai tujuan luhur keagamaan inilah teror suci menumbuhkan antusiasme berlipat ganda. Mati satu tumbuh seribu. (Hilaly Basya,2005).
Sejarah Terrorism dan sebab-sebabnya atau latar belakangnya
Kapan terorisme mulai ada dan darimana akar-akar terorisme di mulai? Cukup sulit bagi penulis untuk melakukan penelusuran sejarah terorisme. Sebabnya bukan saja karena kesulitan melakukan generalisasi peristiwa yang masuk kategori terorisme, tetapi juga cukup sulit memposisikan subyektifitas penulis terhadap suatu peristiwa. Namun beberapa definisi diatas cukup membantu penulis mencatat peristiwa terorisme di masa lalu hingga kini secara singkat. Khusunya dari pembagian terorisme ala David C.Rapoport.
Jika merujuk definisi dan kategori pelaku terorisme dan kita mengamati sejarah masa lalu, maka terorisme sesungguhnya ada dihampir setiap periode sejarah manusia, sejak masa Nabi Adam hingga kini dan mungkin masih akan terus ada hingga masa mendatang. Namun jika kita melihatnya dari segi jumlah korban jiwa dan pengaruhnya pada dunia maka terrorisme bisa di catat dalam penggalan-penggalan abad, sejak abad ke 5 masehi hingga kini. Diabad kelima ini dunia mencatat serangan terroris terhebat yang mampu meruntuhkan kekuasaan kekaisaran Romawi Barat pada 476 Masehi. (seratus tahun lebih sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW). Teroris yang meruntuhkan kekaisaran Romawi Barat ini berasal dari suku Jerman bernama Odoacer. Pada saat itu orang Romawi Barat menyebut suku Jerman ini Barbar. Perilakunya disebut Barbarian. Perilaku Barbarian ini mengakibatkan jatuhnya ribuan korban jiwa . Perilaku terorisme modern (khususnya State Terrorism) mirip perilaku Barbarian ini. Peristiwa runtuhnya Romawi Barat ini menandai mulainya Abad Kegelapan ( Dark Ages) di Eropa selama 10 Abad. Menurut hemat penulis, pada masa terorisme awal ini latar belakangnya bukan karena hal-hal yang bersifat sacral atau keagamaan tetapi lebih hanya karena persoalan keinginan untuk berkuasa dan idiologi Anarkisme. Saat Eropa mengalami Dark Ages dibelahan dunia lain, khususnya Islam mengalami zaman apa yang disebut zaman keemasan. Periode pertama keemasan Islam terjadi ketika Nabi Muhammad dan Khulafaurrosyidin mampu membangun peradaban Madinah (awal abd ke 7 hingga awal abad ke 8), dimana toleransi dan perdamaian menjadi fenomenal. Periode kedua (abad ke 9-12 Masehi), dimana tradisi keilmuan dan kearifan tumbuh begitu subur (Bani Umayah dan Bani Abasyiah). Salah satu prestasi besar lainya dari kekhalifahan bani Abbasyiah adalah sikap toleransi yang amat baik dalam hubungannya dengan umat Kristen pada saat itu.
Saat Palestina berada di bawah kekuasaan Khalifah Abbasyiah, umat Kristen dari Eropa masih diperkenankan berziarah ke Yerussalem. Akan tetapi , sejak bangsa Turki Seljuk menguasai Yerusalem, para peziarah Kristen dilarang mengunjungi kota suci tersebut. Larangan itu menimbulkan reaksi dari bangsa-bangsa di Eropa yang mayoritas beragama Kristen.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, Kaisar Maksius dari Byzantium (Istambul) minta bantuan Paus Urbanus II di Roma untuk merebut kota suci Yerusalem dari kekuasaan bangsa Turki Seljuk. Pada 1095, Paus Urbanus II menghimbau raja-raja Eropa untuk menyiapkan pasukan ke Yerusalem. Orang Eropa menyebut pasukan itu Crusaders atau “Tentara Salib”. Itulah sebabnya perang merebut Yerusalem yang meletus tahun 1096 hingga 1291 disebut Perang Salib. Semangat teror yang dimotori Maksius dan Paus Urbanus II ini akibat politik isolasi Yerusalem oleh kekuasaan Turki Seljuk menurut hemat penulis merupakan babak baru bagi munculnya Religious Terrorism dengan ditandai munculnya istilah Crusaders atau “Tentara Salib” dari bangsa Eropa. Periode ini yang kemudian oleh beberapa kalangan Kristen maupun Islam dibawa masuk ke wilayah perang agama ( terrorisme atas nama Tuhan). Padahal menurut catatan sejarah perang ini hanya terjadi pada tingkat elit politik dan militer, sementara perdagangan internasional antara komunitas Islam dengan Barat justru berjalan secara damai. Selain itu proses pembelajaran peradaban dari Islam kepada Barat justru terjadi di zaman ini, meski perang terus berjalan.
Perang yang berlangsung kurang lebih selama dua abad itu tidak berlangsung terus menerus, tetapi secara bergelombang sampai tujuh kali, diselingi beberapa kali genjatan senjata. Dari antara tujuh kali peperangan itu, hanya perang salib pertama yang dimenangkan tentara salib.Ketika itu , Yerusalem dapat direbut oleh tentara salib dari tangan Turki. Kemudian di kota tersebut didirikan kerajaan yang dipimpin oleh Godfried. Sebagai Raja ia bergelar Pelindung Makam Suci Yesus Kristus. Peristiwa kemenangan Islam fenomenal dari tentara Salib antara lain adalah kemenangan Salahudin Al Ayubi pada 1187 dan Sultan Baybars dari Turki Mameluk yang pada tahun 1291 berhasil merebut Acre sekaligus mengakhiri Perang Salib dengan kemenangan pasukan Islam. (Penggalan sejarah saat kemenangan Salahudin Alayubi telah di filmkan dengan baik oleh sutradara Ridley Scott dalam film Kingdom of Heaven). Terlepas dari kemenangan Islam pada perang Salib, periode ini telah memasuki periode dimana agama pada tingkat elit politik dijadikan sebagai spirit bagi lahirnya state terrorism. Fenomena ini terlihat jelas dari langkah kaisar Maksius dan Paus Urbanus II.
Penggalan sejarah terorisme lainya yang memiliki pengaruh besar dunia (kategori collective terrorism dan state terrorism) yakni terjadi pada abad ke 18 M. Puluhan tahun setelah Revolusi Industri di Inggris tahun 1763 M , di Perancis meletus peristiwa Revolusi pada 1789 M. Usai Revolusi, kemudian terjadi state terrorism yang mengerikan yang dilancarkan oleh Maxmilian Robespierre dengan melakukan kegiatan penangkapan dan pembunuhan terhadap siapapun yang dianggap anti-revolusi. Ribuan jiwa disinyalir berguguran pada masa itu. Sebelum kemudian Napoleon Bonaparte mengambil alih kekuasaan dan kembali menyatukan Perancis dalam bingkai negara kekaisaran modern.
Dalam penggalan sejarah usai Revolusi Industri di Inggris sesunggunya dunia dilanda terrorisme global yakni terjadinya penjajahan dari negara-negara Eropa yang menyebar keseluruh penjuru dunia atas nama kepentingan industri dan modernisasi. Pada periode ini ratusan bahkan jutaan nyawa manusia berguguran akibat state terorisme yang dilakukan kaum colonial ini.
Periode Terorisme kemudian terjadi pada awal abad 20 yakni pada 1914 hingga 1919 dari Personal Terrorism yang dilakukan Gavrilo Principe (anggota teroris Serbia) yang menembak mati Archduke Franz Ferdinad pewaris tahta kerajaan Austria-Hongaria pada 28 Juni 1914. Peristiwa ini yang kemudian mendorong terjadinya Perang Dunia I selain faktor idiologi Cahuvinisme dan milterisme yang berkembang pesat saat itu. Dalam kontek ini Perang Dunia I adalah State Terrorism modern yang dilakukan berbasiskan idiologi. Pada dekade PD-I, aksi terorisme sebenarnya diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan idiologi, khusunya komunisme. Disinilah Colective Terrorism yang berbasis idiologi menemukan bentuknya yang paling radikal, sebab menjelang usai Perang Dunia I, terjadi peristiwa besar di Rusia, yakni peritiwa apa yang disebut Revolusi Bolsevic pada 1917.
Fenomena terorisme berbasis idiologi ini terus berkembang hingga masa Perang Dunia II (Fascisme, Naziisme dan Militerisme) dan sesudahnya dalam bentuk idiologi yang terus berkembang, khusunya munculnya aksi-aksis terorisme yang dimotori Zionisme Israel sejak 1936. Hingga saat kemunculan Zionisme di Timur Tengah, ideologi ini tidak mendatangkan apapun selain pertikaian dan penderitaan. Dalam masa di antara dua perang dunia, berbagai kelompok teroris Zionis melakukan serangan berdarah terhadap masyarakat Arab dan Inggris. Di tahun 1948, menyusul didirikannya negara Israel, strategi perluasan wilayah Zionisme telah menyeret keseluruhan Timur Tengah ke dalam kekacauan. Apa yang dimaksud Zionisme? sebagai sebuah catatan sejarah, The Neturei Karta (Organisasi Yahudi Ortodoks) mengemukakan bahwa zionisme adalah rekayasa Yahudi Eropa dalam konggresnya di Basel Swiss 1897 dipimpin Theodore Herzl, didukung Inggris lewat dekalarasi Balfour (1917) untuk membentuk sebuah Tanah Air bagi bangsa Yahudi yang tersebar di seluruh dunia. Semula Uganda yang dipilih untuk Tanah Air itu, tetapi akhirnya yang kita lihat adalah Israel, berdiri pada 1948 di atas bumi Palestina. Berdirinya negara Zionis itu tentu saja dengan tumbal darah dan tangis bangsa Palestina yang terusir dari Tanah Airnya. Pertumpahan darah di Palestina ini merupakan konflik berdarah terpanjang didunia hingga saat ini. Dalam konteks terorisme, diwilayah Palestina inilah Terorisme Zionisme menunjukkan kekejamanya hingga saat ini yang kemudian melahirkan tindakan balasan dalam bentuk terorisme pula.
Perkembangan Terorisme di abad 21 bergerak makin misterius meski indikasi-indikasi idiologis bisa dicermati secara konspiratif yang berkelindan dengan kepentingan-kepentingan ekonomi global. Dipicu oleh tragedy WTC 11 september 2001 yang pelakunya sekali lagi menurut hemat penulis masih misterius, perkembangan terorisme abad 21 ini mewujud dalam bentuknya yang beragam, dari personal terrorism, collective terrorism, hingga state terrorism. Yang paling spektakuler adalah fenomena tragedy WTC, Invasi AS ke Afganistan dan Iraq, serta bom bunuh diri di Bali-Indonesia. Jika dilihat dari latar belakangnya juga beragam , dari latar belakang idiologis, ekonomis agama, hingga politis yang terangkum dalam satu kata kunci “ketidakadilan global!”. Ketidakadilan global nampaknya menjadi pemicu utama munculnya terorisme baru di awal abad 21 ini. Pertanyaannya : siapa yang menjadi penyebab ketidakadilan global itu? Dan bagaimana terorisme bisa diakhiri bila ketidakadilan global itu masih terus diciptakan.?
Pesan Moral Islam Dari Sejarah
“ Sesungguhnya pada kisah-kisah masa lalu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (QS.Yusuf : 111). Pertanyaannya adalah “ Pelajaran berharga apa yang bisa kita ambil dari kisah sejarah terorisme di atas?”. Jawaban dan analisis lainya bisa di dilanjutkan di forum diskusi.
Referensi
Al-Qur’an
The Morality of Terrorism, (David C,Rapoport, Columbia University,1989)
Early Modern History, (John Miksic, Glorier International,1996)
Reform and Revolution, (Derek Heater, Oxford University,1991)
Antusiasme dan Mimikri Teror (Hilaly Basya, Kompas, 2005)
Aksi Terorisme Melawan Agama dan Kemanusiaan (Zuhairi Misrowi, JIL, 2005)
Zionis Israel Berkubang Terorisme selama 60 tahun(1936-1996) (Yayasan SIDIK, 1996)
1 Comments:
nice post,,,thanks for sharing
Post a Comment
<< Home